Belajar dari
Pengalaman hidup
Perjalanan
hidup dipenuhi dengan rangkaian ujian. Bentuk ujian bisa berupa kesenangan juga
kesedihan. Kesenangan dunia bisa menjadi ujian, misalnya ujian dalam bentuk
harta dan jabatan. Ujian dalam bentuk kesedihan misalnya kemiskinan, kehilangan
harta benda, dsb. Allah swt mempergilirkan ujian pada setiap hamba-Nya, oleh
karena itu kita harus siap dalam menghadapinya. Lalu kita pun harus mengenal
lebih dekat tentang ujian, apa hikmah dibalik ujian?
1. Allah swt memberikan kemudahan
dengan cara memberikan kesulitan terlebih dahulu. Dan kita sering menyebut
kesulitan itu sebagai ujian.
Dalam surat Alam Nasyrah, Allah berfirman, “Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Dan sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”. Allah swt berfirman sebanyak dua kali, sebagai bentuk penekanan dan kabar gembira pada manusia, bahwa jangan khawatir ketika menghadapi masalah atau kesulitan, karena pasti Allah swt memberikan kemudahan. Dari ustadz Satria Hadi Lubis, beliau menulis bahwa ujian yang disertai dengan air mata akan berbuah kebahagiaan pada akhirnya. Sehingga ketika kita menemui kesulitan, berpikir positif bahwa setelah kesulitan akan bertemu kemudahan.
Dalam surat Alam Nasyrah, Allah berfirman, “Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Dan sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”. Allah swt berfirman sebanyak dua kali, sebagai bentuk penekanan dan kabar gembira pada manusia, bahwa jangan khawatir ketika menghadapi masalah atau kesulitan, karena pasti Allah swt memberikan kemudahan. Dari ustadz Satria Hadi Lubis, beliau menulis bahwa ujian yang disertai dengan air mata akan berbuah kebahagiaan pada akhirnya. Sehingga ketika kita menemui kesulitan, berpikir positif bahwa setelah kesulitan akan bertemu kemudahan.
2. Ujian menentukan kadar keimanan
seseorang.
Jika imannya semakin kuat maka ujiannya semakin besar. Allah swt berfirman dalam Al Qur’an, “Tidak dikatakan seorang beriman, melainkan Allah memberikan ujian kepadanya”. Jadi ujian itu adalah pemberian Allah swt untuk menyeleksi siapa saja yang beriman. Ketika manusia mampu untuk menghadapi ujian tersebut, maka lulus lah dia kemudian dia akan mengalami ujian lagi dan seterusnya.
Jika imannya semakin kuat maka ujiannya semakin besar. Allah swt berfirman dalam Al Qur’an, “Tidak dikatakan seorang beriman, melainkan Allah memberikan ujian kepadanya”. Jadi ujian itu adalah pemberian Allah swt untuk menyeleksi siapa saja yang beriman. Ketika manusia mampu untuk menghadapi ujian tersebut, maka lulus lah dia kemudian dia akan mengalami ujian lagi dan seterusnya.
3. Ketika menghadapi masalah, jangan
menghindar tapi hadapi. Itulah cara melatih kedewasaan berpikir dan bersikap.
Kematangan atau kedewasaan seseorang tidak ditentukan dari usianya. Allah swt
menempa manusia dalam perjalanan usianya dengan ujian agar menjadi dewasa.
Kedewasaan itu menghasilkan produktifitas dan kearifan dalam memandang
kehidupan. Ada orang yang ketika menghadapi ujian, dia menghindar atau akhirnya
ada yang memutuskan bunuh diri. “If we have problem don’t be step aside. Facing
on it”, jangan dikalahkan oleh masalah, tapi hadapi masalah tersebut. Karena
dengan menghindar, tidak menyelesaikan masalah.
4. Dengan adanya ujian kita harus berpasrah
diri dan tawakal pada Allah, dengan menyerahkan segala yang kita hadapi.
Apapun bentuk ujian itu; kemiskinan, kelaparan, kehilangan harta benda, kehilangan keluarga, kembalikan semua kepada Allah swt. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam Al Qur’an, “orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembal). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Dalam kehidupan ini, kita tidak memiliki apapun kecuali keimanan. Perhiasaan dunia adalah sementara dan milik Allah. Sehingga jika perhiasan itu diambil oleh Nya, maka sewajarnya kita tawakkal, menyerahkan kembali kepada Nya.
Apapun bentuk ujian itu; kemiskinan, kelaparan, kehilangan harta benda, kehilangan keluarga, kembalikan semua kepada Allah swt. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam Al Qur’an, “orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembal). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Dalam kehidupan ini, kita tidak memiliki apapun kecuali keimanan. Perhiasaan dunia adalah sementara dan milik Allah. Sehingga jika perhiasan itu diambil oleh Nya, maka sewajarnya kita tawakkal, menyerahkan kembali kepada Nya.
5. Dengan adanya ujian kita menjadi
bertambah sabar dan dekat pada Allah swt.
Ketika kita menghadapi ujian, kita akan bertanya bagaimana dan kepada siapa meminta pertolongan? Jawabannya ada di Al Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman. Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolong mu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153). “Ketahuilah olehmu! Bahwasannya datangnya pertolongan itu bersama dengan kesabaran.” (HR. At Tirmidzi, dari shahabat Ibnu ‘Abbas ra). Sabar dan sholat menjadi sahabat penolong manusia. Juga dalam hadist Rasulullah saw pernah bersabda, “Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin, sungguh semua urusannya baik baginya, yang demikian itu tidaklah dimiliki seorang pun kecuali hanya orang yang beriman. Jika mendapat kebaikan (kemudian) ia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan baginya, dan jika keburukan menimpanya (kemudian) ia bersabar, maka itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim). Sabar bukan berarti mengelus dada dan berdiam diri, tapi sabar adalah melakukan perubahan dan perbaikan terus menerus. Ibnul Qoyyim mengatakan dalam Madarijus Salikin : “Sabar adalah menahan jiwa dari keluh kesah dan marah, menahan lisan dari mengeluh serta menahan anggota badan dari berbuat tasywisy (tidak lurus). Sabar ada tiga macam, yaitu sabar dalam berbuat ketaatan kepada Allah, sabar dari maksiat, dan sabar dari cobaan Allah.”
Sholat sebagai penolong dari ujian, karena dengan melakukan sholat tercermin penghambaan diri kepada Yang Maha Kuasa, tercermin bahwa tidak ada daya upaya melainkan dari Allah swt. Dengan sholat sebagai penolong, memberikan kekuatan untuk bersabar. Dari sholat pula seorang hamba berkomunikasi dengan Yang Maha Pencipta, berdialog melalui untaian doa dan penyerahan segala ujian tersebut pada Allah swt. Dari sholat akan menumbuhkan keimanan dan kedekatan dengan Allah swt.
Ketika kita menghadapi ujian, kita akan bertanya bagaimana dan kepada siapa meminta pertolongan? Jawabannya ada di Al Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman. Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolong mu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153). “Ketahuilah olehmu! Bahwasannya datangnya pertolongan itu bersama dengan kesabaran.” (HR. At Tirmidzi, dari shahabat Ibnu ‘Abbas ra). Sabar dan sholat menjadi sahabat penolong manusia. Juga dalam hadist Rasulullah saw pernah bersabda, “Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin, sungguh semua urusannya baik baginya, yang demikian itu tidaklah dimiliki seorang pun kecuali hanya orang yang beriman. Jika mendapat kebaikan (kemudian) ia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan baginya, dan jika keburukan menimpanya (kemudian) ia bersabar, maka itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim). Sabar bukan berarti mengelus dada dan berdiam diri, tapi sabar adalah melakukan perubahan dan perbaikan terus menerus. Ibnul Qoyyim mengatakan dalam Madarijus Salikin : “Sabar adalah menahan jiwa dari keluh kesah dan marah, menahan lisan dari mengeluh serta menahan anggota badan dari berbuat tasywisy (tidak lurus). Sabar ada tiga macam, yaitu sabar dalam berbuat ketaatan kepada Allah, sabar dari maksiat, dan sabar dari cobaan Allah.”
Sholat sebagai penolong dari ujian, karena dengan melakukan sholat tercermin penghambaan diri kepada Yang Maha Kuasa, tercermin bahwa tidak ada daya upaya melainkan dari Allah swt. Dengan sholat sebagai penolong, memberikan kekuatan untuk bersabar. Dari sholat pula seorang hamba berkomunikasi dengan Yang Maha Pencipta, berdialog melalui untaian doa dan penyerahan segala ujian tersebut pada Allah swt. Dari sholat akan menumbuhkan keimanan dan kedekatan dengan Allah swt.
6. Ujian hidup adalah penggugur dosa.
Nabi Muhammad saw bersabda: “ Begitu baiknya Allah swt, ujian adalah bentuk dari penggur dosa, asalkan kita menerimanya dengan ikhlas maka Allah swt akan mengganjar dengan mengampuni dosa-dosa.
Nabi Muhammad saw bersabda: “ Begitu baiknya Allah swt, ujian adalah bentuk dari penggur dosa, asalkan kita menerimanya dengan ikhlas maka Allah swt akan mengganjar dengan mengampuni dosa-dosa.
7. Ujian hidup adalah kunci masuk
surga.
Sejarah Nabi dan sahabat mengajarkan kita betapa ujian kehidupan memang berat. Bahkan Allah swt menguji dengan sangat berat kepada beberapa Nabi, misalnya Nabi Ayyub yang semula kaya dan tersohor. Namun demikian, iblis tidak suka melihat ketaatan Nabi Ayyub. Maka iblis meminta izin kepada Allah swt untuk menguji Nabi Ayyub. Nabi Ayyub menjadi miskin dan mempunyai penyakit kulit. Akhirnya, setelah melihat kesabaran Nabi Ayyub dan ketaatannya, Allah swt menyembuhkan penyakitnya dan memberikan kembali harta.
Begitu berat ujian yang dialami oleh para Nabi-nabi dan Rasulullah. Mereka adalah orang pilihan, hamba Allah yang sudah dipastikan masuk surga. Maka bagaimana dengan kita yang hanya manusia yang bergelimang harta, tentunya akan ada ujian yang akhirnya menentukan apakah kita bias masuk surga atau tidak. Sebagaimana Allah swt berfirman, “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat.” (QS. Al Baqarah : 214).
Kehidupan ini memberi kita banyak pelajaran dan hikmah dari berbagai ujian yang dialami. Setiap orang mempunyai ujian yang berbeda sesuai kapasitasnya karena Allah swt berjanji “laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha”. Allah swt tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya, artinya kita mampu untuk menghadapi ujian apapun yang datang menghampiri. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui maksud dari sebuah ujian, tetapi yang perlu kita tanamkan adalah ada sesuatu yang lebih baik di akhirnya. Dan tugas kita adalah mengambil sebanyak-banyaknya hikmah dari ujian itu.
Sejarah Nabi dan sahabat mengajarkan kita betapa ujian kehidupan memang berat. Bahkan Allah swt menguji dengan sangat berat kepada beberapa Nabi, misalnya Nabi Ayyub yang semula kaya dan tersohor. Namun demikian, iblis tidak suka melihat ketaatan Nabi Ayyub. Maka iblis meminta izin kepada Allah swt untuk menguji Nabi Ayyub. Nabi Ayyub menjadi miskin dan mempunyai penyakit kulit. Akhirnya, setelah melihat kesabaran Nabi Ayyub dan ketaatannya, Allah swt menyembuhkan penyakitnya dan memberikan kembali harta.
Begitu berat ujian yang dialami oleh para Nabi-nabi dan Rasulullah. Mereka adalah orang pilihan, hamba Allah yang sudah dipastikan masuk surga. Maka bagaimana dengan kita yang hanya manusia yang bergelimang harta, tentunya akan ada ujian yang akhirnya menentukan apakah kita bias masuk surga atau tidak. Sebagaimana Allah swt berfirman, “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat.” (QS. Al Baqarah : 214).
Kehidupan ini memberi kita banyak pelajaran dan hikmah dari berbagai ujian yang dialami. Setiap orang mempunyai ujian yang berbeda sesuai kapasitasnya karena Allah swt berjanji “laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha”. Allah swt tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya, artinya kita mampu untuk menghadapi ujian apapun yang datang menghampiri. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui maksud dari sebuah ujian, tetapi yang perlu kita tanamkan adalah ada sesuatu yang lebih baik di akhirnya. Dan tugas kita adalah mengambil sebanyak-banyaknya hikmah dari ujian itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar